Jakarta - Humas BRIN. Tepat pada peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional yang diperingati tiap 21 Februari, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meluncurkan Language Documentation of Indonesia (LADIN). Platform ini merupakan database repositori dokumentasi bahasa-bahasa di Indonesia, berbasis digital dan modern.
"Pada kesempatan ini, BRIN melalui Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra, Direktorat Repositori Multimedia dan Penerbitan Ilmiah, Pusat Data dan Informasi mewujudkan mimpi Indonesia memiliki database repositori dokumentasi bahasa secara digital dan modern," ucap Sekretaris Utama BRIN, Nur Tri Aries Suestiningtyas saat membuka Konferensi Internasional Preservasi Bahasa dan Sastra (The 1st International Conference on Language and Literature Preservation) di Auditorium Utama, Sasana Widya Sarwono, Jakarta, Selasa (21/2).
Nur menjelaskan LADIN dapat diakses dari mana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun. Sehingga para peneliti bisa melakukan dokumentasi bahasa, dan dapat menyimpan hasilnya di LADIN. "Saya mengundang dari luar BRIN, bisa secara proakttif memanfaatkan layanan yang ada di BRIN, yang diberikan oleh Kedeputian yang diberikan secara terbuka dan bisa diakses oleh semua orang," katanya.
Menurut Nur, peluncuran LADIN merupakan wujud mimpi Indonesia yang belum memiliki database repositori dokumentasi bahasa. Padahal, Indonesia berpredikat negara terbanyak kedua dalam hal jumlah bahasa. "Indonesia memiliki kekayaan bahasa daerah yang luar biasa, kita memiliki 740-an bahasa daerah, di mana di beberapa daerah mempunyai beberapa dialek yang berbeda-beda," ungkapnya.
Hal inilah yang mengakibatkan semua hasil dokumentasi bahasa selama ini tersimpan di negara lain. Beberapa dokumentasi bahasa tersimpan seperti di SOAS London, Paradisec Australia atau bahkan masih di tangan perorangan. Sehingga, keberadaan LADIN, akan sangat penting dalam upaya melestarikan dan melindungi bahasa daerah.
Di sisi lain, Nur menyampaikan apresiasi atas inisiasi Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra yang menyelenggarakan Konferensi Internasional. Hal ini menjadi landasan yang luar biasa, di tengah konsolidasi kelembagaan yang berasal dari para periset.
"Ini sejarah untuk kita semua, kita buktikan ini bukan yang pertama dan terakhir. Karena kalau tidak dilakukan hari ini, saya juga tidak tahu bahwa konferensi ini adalah momentum yang penting karena ada dua program internasional yang dicanangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui UNESCO, yaitu Dekade Internasional Bahasa Daerah dan Hari Bahasa Ibu Internasional. Konferensi ini merupakan salah satu bentuk dukungan pada dua program tersebut," ungkapnya.
Lebih jauh, Nur menyampaikan BRIN mendukung program-program nasional maupun internasional yang telah dicanangkan. Sehingga, dia berharap melalui konferensi ini harus dapat menumbuhkan pentingnya preservasi bahasa dan sastra daerah. "Penelitian preservasi bahasa dan sastra di Indonesia harus mampu menunjukan manfaat, baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun tindakan pelindungan bahasa dan sastra daerah," katanya.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra Herry Jogaswara menyebutkan konferensi memiliki dasar momentum yang kuat, dalam memperingati dua program internasional, Dekade International Bahasa Daerah dan Hari Bahasa Ibu Internasional yang diperngati tiap tanggal 21 Februari.
Dia menyebutkan konferensi ini dihadiri oleh sekitar 300 orang, dengan rincian 180 pemakalah, yang lainnya merupakan peserta dari berbagai instansi. Para pemakalah yang hadir melalui seleksi abstrak yang sangat ketat. Karena makalah yang masuk mencapai tiga kali lipat dari jumlah pemakalah yang bisa ditampung konferensi.
"Selamat kepada para pemakalah yang terseleksi, dan pemakalah ini dari berbagai domisili mulai dari Jabodetabek, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Semua berkumpul untuk sama-sama merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional dengan cara mempresentasikan dan mendiskusikan gagasan, pemikiran dan hasil penelitian," jelasnya.
Kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan ini menjadi dasar kegiatan berikutnya. Herry berharap ke depan konferensi akan lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas. "Ini akan menjadi pembelajaran yang penting bagi kita semua, untuk mengkaji isu-isu bahasa dan sastra. Tidak hanya konferensi ini saja, kami juga memiliki rangkaian lokakarya dan workshop. Peringatan hari bahasa ibu ini perlu komitmen kita untuk setiap tahun menyelenggarakan sebagian bagian wujud kita dalam kegiatan riset bahasa dan sastra," pungkasnya. (jml)